Politiksaman.com-Jakarta(02/01), “DPR seperti taman kanak-kanak”, demikian celetukan Gus Dur yang sangat terkenal terhadap buruknya kinerja anggota parlemen. Dia terlihat senang melontarkan pendapatnya secara terus terang, ceplas-ceplos, tanpa ada sesuatu yang mesti disembunyikan. Ketika menjabat sebagai presiden RI, model elitisme dan pengkultusan elit istana pun berhasil diterobosnya.
Meskipun terlahir dari keluarga islam tradisional, namun pemikirannya sangat modernis dan sanggup menemukan titik temu antara pemikiran islam dan pemikiran modern. Greg Barton, salah seorang penulis biografinya, menganggap Gus Dur bukan hanya memiliki pengetahuan yang sangat kuat, namun juga memiliki kharisma yang kuat dan kedekatan dengan rakyat kecil. Bagi Greg, Gus Dur adalah paduan modernitas dan kepribadian timur. Ia juga mendapati tokoh yang suka pakai sarung ini melebihi para pengusung modernitas dalam hal progresifitasnya.
Meskipun umur pemerintahannya sangat singkat, namun beberapa langkah politiknya masih sangat terasa hingga kini, seperti pemisahan TNI/POLRI, penghapusan Departemen Penerangan, dan beberapa perbaikan terhadap kehidupan berdemokrasi.
Di bidang ekonomi, Gus Dur melakukan sebuah terobosan penting dengan menempatkan ekonom-ekonom di luar lingkaran “mafia barkeley” dalam tim ekonominya. Ini merupakan kebijakan politik penting, meskipun tidak memperlihatkan kesuksesan penting di bidang ekonomi. Namun, langkah ini sedikit meredam agresifitas IMF, Bank Dunia, dan negeri-negeri imperialis untuk mengoyak perekonomian Indonesia.
Langkah politik Gus Dur untuk memerangi korupsi juga terbilang maju, yaitu dengan menempatkan pendekar hukum ketika itu, Baharuddin Lopa, sebagai ujung tombak. Sejak menjabat Jaksa Agung, Lopa memburu Sjamsul Nursalim yang sedang dirawat di Jepang dan Prajogo Pangestu yang dirawat di Singapura agar segera pulang ke Jakarta. Lopa juga memutuskan untuk mencekal Marimutu Sinivasan. Lopa juga menyidik keterlibatan Arifin Panigoro, Akbar Tandjung, dan Nurdin Halid dalam kasus korupsi.
Setelah dilengserkan dari kursi keprisidenan, kiprah politik Gus Dur tidak pernah berhenti. Ketika kaum minoritas mendapat perlakuan tidak adil oleh negara, Gus Dur selalu berteriak lantang di barisan terdepan untuk menyatakan perlawanan. Semasa hidupnya, Gus Dur terbilang sangat aktif mempromosikan dan memperjuangkan pluralisme, perdamaian, demokrasi, dan hak azasi manusia (HAM). Ketika semua elit politik angkat tangan saat Ahmadiyah dipojokkan, dia justru berani tampil kedepan untuk memberikan pembelaan. Itu juga dilakukan untuk etnis dan kelompok minoritas lainnya. Semasa hidupnya, Gus Dur juga begitu aktif menggalang dialog kebangsaan dan keberagaman, serta berupaya meletakkan sebuah cara pandang yang benar mengenai keberagaman dalam persatuan nasional.
Bahkan, dia dikenal sebagai pejuang perdamaian dan pluralisme di tingkat dunia, dan karena itu, dia mendapat sejumlah penghargaan internasional, seperti Magsaysay Award, The Culture of Peace Distinguished Award 2003, Ambassador of Peace- International and Interreligious Federation for World peace (IIFWP), Global Tolerance Award-Friends of the United Nations, dan masih banyak lagi.
Di penghujung 2009, tepatnya 30 Desember 2009, di saat kita menyaksikan kemunduran dan dekandensi moral pejabat, Gus Dur telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita kehilangan seorang tokoh bangsa, tokoh pemersatu, dan sekaligus seorang demokrat. Selamat jalan Gus Dur, karya monumentalmu akan terus terukir di dada anak negeri.
Ulfa Ilyas
0 komentar:
Posting Komentar
untuk teman-teman yg belum punya web or blog pada bagian kolom "BERI KOMENTAR SEBAGAI" : pilih Name / URL, Kolom nama di isi sesuai nama anda dan pada kolom URL kosongkan saja, demikianlah & terima kasih atas partisifasinya